Tampilkan postingan dengan label malas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label malas. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 April 2017

Manfaat Tawuran Bagi Pelajar


Tawuran sama dengan perang. Tawuran di dalamnya berisi jotos-jotosan antara beberapa orang baik laki-laki maupun perempuan. tawuran tidak mengenal usia, juga tidak mengenal tempat. Di sekolah bisa tawuran, di pasar bisa tawuran, dan di stadion bisa tawuran. Tapi, tawuran sekarang ini amat identik dengan pelajar. Pelajar sekolah A tawuran dengan sekolah B, sekolah C dengan sekolah D. banyak pelajar tawuran dimana-mana hanya karena masalah yang sepele. Nah, sebenarnya apa sih manfaat tawuran bagi pelajar? Mari kita lihat;

Mengurangi Teman

Itu adalah manfaat pertama tawuran bagi pelajar. Ya, tawuran kan berisi jotos-jotosan atau berantem antara pelajar sekolah anu dengan pelajar sekolah anu. Berarti murid-murid di dua sekolah itu tidak bisa atau sulit untuk berteman. Dan itu juga, artinya mengurangi teman yang bisa miliki.

Menambah Musuh

Dengan tawuran, kita bisa mengurangi teman yang tidak diinginkan, juga menambah musuh. Ini manfaat dari tawuran di kalangan pelajar yang kedua. Tawuran di kalangan gak melulu memperlihatkan adu kekuatan antar laki-laki, tapi juga menanamkan benih permusuhan dari senior kepada juniornya untuk terus dilanjutkan secara turun temurun. Dengan tawuran, sekolah A bisa mendapatkan musuh seperti sekolah B, sekolah C, juga sekolah D.

Memperbesar Potensi Cedera

Tawuran berarti adu fisik. Beradu kekutan di jotos-jotosan. Manfaat yang didapat dari tawuran lainnya adalah memperbesar potensi cedera, karena dengan saling jotos ke muka, perut, kepala, punggung, akan menghasilkan memar-memar di lokasi-lokasi yang dijotos. Dengan begitu, setelah selesai tawuran rasa sakit akan didapat.

Mengurangi Rasa Aman

Seperti dijelaskan di atas, tawuran bermanfaat untuk mengurangi teman dan menambah musuh, itu juga berarti mengurangi rasa aman saat berada di luar kawanan pelajar yang satu sekolah atau berjalan-jalan di luar wilayah kekuasaan sekolah kita. Kita tidak bebas berjalan dimana pun yang kita inginkan. kita hanya akan merasa aman saat berjalan di tanah yang ada di bawah kuasa sekolah kita.

Nah, empat manfaat tawuran bagi pelajar di atas sebetulnya bukan manfaat, tapi madharat. Jika kita tawuran, yang kita dapatkan hanya hal-hal di atas, atau bahkan lebih buruk. Jadi, jangan pernah tawuran dan teruslah belajar agar kita bisa meraih impian kita.
Baca selengkapnya

Kiat-Kiat Menumbuhkan Semangat Belajar


Sebagai pelajar, tugas utama dan hukumnya wajib bagi kita adalah belajar. Di sekolah kita diajarkan berbagai macam hal, mulai dari ilmu alam, ilmu sosial, hitung-hitungan, seni, olahraga dan lain sebagainya. Kita belajar dan diajarkan apa saja, dan juga berpaluang untuk menekuni sesuatu yang kita senangi. Akan tetapi, dengan banyaknya hal kita pelajari itu, bukan semangat yang muncul, justru rasa malas dan enggan belajar. Sebetulnya, inti dari kemalasan itu adalah menunda sebuah pekerjaan hari ini ke esok, esok ke lusa dan seterusnya. Setelah kita melakukan hal semacam itu, perlahan dan pasti semangat kita akan mengendur.

Nah, di sini Rumah Pelajar mau berbagi sedikit tentang kiat-kiat menumbuhkan semangat belajar

Pertama, yakin diri dan mantapkan hati. dengan meyakinkan diri dan memantapkan hati kita untuk belajar, niscaya semangat belajar di dalam diri kita akan menjadi energy positif yang menggerakkan tubuh kita dengan ringan.

Kedua, ingat dengan orang-orang di sekeliling kita. kita dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi kita seperti orang tua, kakek, nenek, kaka, adik, dan teman-teman kita. bayangkan mereka akan merasakan sesuatu yang menyakitkan seandainya kita gagal. Dan bayangkan pula ekspresi mereka saat kita berhasil.

Ketiga, jangan pernah menunda pekerjaan. selalu kerjakan apa yang menjadi tugas atau pekerjaan hari ini sampai selesai. Bila tersisa sedikit, jangan sedikit pun mencoba untuk menundanya hingga hari esok. Dengan istiqomah melakukan hal ini, semangat belajar yang kita pupuk di sanubari akan senantiasa terjaga.

Keempat, pupuk rasa iri terhadap orang yang lebih pandai. Memupuk rasa iri, bukan berarti kita membenci seseorang. memupuk rasa iri terhadap kepandaian bisa jadi berarti, jika orang lain bekerja satu kali, kita harus bekerja dua atau tiga kali. Artinya kita harus bekerja lebih keras daripada orang lain, terutama dalam belajar.

Kelima dan yang terakhir, berdo’alah selalu. Setelah semua kita lakukan, hal terakhir yang perlu dilakukan adalah berdoa. Memohon pada Tuhan agar hati kita dimantapkan dan ditetapkan dalam belajar. Dan memohon agar semangat kita terus menggebu-gebu seperti api abadi.
Baca selengkapnya

Senin, 03 April 2017

Ingat Tiga Perkara Agar Kuliah Tetap Membara

gambar via Unsplash by Mike wilson
Libur telah tiba
Libur telah tiba
Hore! Hore!
Kenal petikan lagu di atas? Petikan lagu di atas berisi keriangan saat liburan sudah di depan mata, tercium baunya, terasa hawanya. Liburan, barangkali sesuatu yang ditunggu banyak orang. Sulit dihitung dengan jari mahasiswa yang berpikir bahwa liburan dapat kembali menyalakan bara di dalam dada mereka agar kembali semangat menjalani kehidupan kuliah. Ini tidak salah. Bepergian ke pantai, pegunungan, bermain air, menghirup udara sejuk ala pegunungan, bernyanyi di antara api unggun, membakar ayam, dan hal menyenangkan lainnya yang menjadi semacam agenda untuk mengisi waktu liburan, barangkali dapat menyalakan kembali bara itu. Ada juga yang mengisinya dengan berkunjung ke rumah nenek, ikut les gitar, belajar mengemudi, bahkan bekerja. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu liburan.  Namun, apa semua hal itu dapat menjamin bara kembali menyala? Siapa tahu malah meletup seperti petasan cabe, lalu padam.
Bara semangat yang kita miliki tidak jarang berada pada titik paling rendah. Titik ini membuat pemiliknya ogah-ogahan melakukan sesuatu yang sepele seperti menaruh gelas di rak atau mencuci piring, apalagi kuliah. Perasaan yang dialami ini tidak mengasyikkan sama sekali. Dunia seolah berputar dalam slow motion yang menjemukan. Kuliah menjadi hal mneyeramkan. Saat berada pada kondisi ogah-ogahan ini pelajaran yang bisa didapatkan di kelas malah kabur entah kemana. Masa ogah-ogahan biasanya muncul di tengah semester, atau bahkan sejak liburan usai dan semester baru hendak dimulai. Nah, jika sejak awal semester baru sudah ogah-ogahan, apa ma uterus-terusan liburan?
Untuk memantik bara itu kembali menyala dan mendapatkan pelajaran yang memang seharusnya didapatkan, liburan memang sebuah alternatif, tapi tidak selamanya liburan dapat memantik kembali bara di dada agar menyala lagi, maka barangkali cara lain yang perlu dilakukan adalah mengingat kembali niat saat hendak kuliah, tujuan yang ingin dicapai dan orang-orang yang berdiri di belakang kita. Ketiga perkara di atas tidak jauh dari diri kita. Yang pertama dan kedua, semuanya terdapat di dalam diri kita. Sedangkan yang ketiga, jaraknya bisa saja jauh, tapi secara emosional amat dekat seperti keluarga, kekasih, teman, sahabat, guru, dosen, bahkan ibu kost.
Niat, ini hal paling mendasar dari semua yang kita kerjakan setiap hari. Tanpa ini, perkara yang kita selesaikan barangkali terasa hampa, kosong. Niat, barangkali beberapa patah kata yang kita ucapkan, resapi, dan kita teguhkan dalam hati sebelum mengerjakan sesuatu, seperti yang dilakukan sesaat sebelum beribadah. Mengingat niat kita, barangkali akan membuat wajah kita terasa ditampar untuk kembali berusaha dan berusaha, tentu mengingatnya bukan sekadar mengingat.
Tujuan barangkali bisa sama dengan niat, tetapi yang saya maksud tujuan ini semacam ingin menjadi siapa kita di hari depan. Seseorang di antara kita barangkali ingin menjadi seorang guru, ia kuliah di jurusan pendidikan, dan mengalami ogah-ogahan di tengah perkuliahannya. Ia harus mengingat bahwa dirinya ingin menjadi guru, terlebih menjadi Pegawai Negeri Sipil, untuk itu ia perlu serius belajar dan lulus. Ia harus mengingat ingin menjadi siapa dirinya dengan penuh keseriusan.
Orang-orang yang di belakang kita, adalah mereka yang berharga dan menghargai keberadaan kita. Mereka ada untuk kita, dan kita untuk mereka. Saat bara kita meredep, mengingt mereka barangkali dapat membuat bara itu tetap menyala, meski kecil, terlebih berkobar besar. Sesekali, kita juga mesti menyempatkan membayangkan orang-orang di belakang kita menampakkan beragam raut, seperti tersenyum, murung, menangis, dan marah. Raut mana dari mereka yang membuat kita menunduk dan membisu, maka jangan sampai mereka menampakkannya sebab oleh sikap ogah-ogahan kita dalam kuliah.
Ketiga hal yang saya paparkan di dalam tulisan ini, barangkali dapat membantu kita untuk tetap mempertahankan bara di dada dalam segala hal yang kita jalani, terutama dalam perkuliahan. Bara semangat yang menyala saya pikir amat penting. Tanpa itu, pelbagai perkara yang kita lakukan akan terasaseperti angina yang ingin ditangkap dengan tangan kosong. Semoga, apa yang saya tulis ini dapat membantu kita semua.


Bandung, 26 Januari 2014
Baca selengkapnya