Jumat, 21 April 2017

Menulis Lima Menit


“Tak ada yang pernah tahu akan seperti apa kita di masa yang akan datang. Tak ada yang tahu akan menikah dengan siapa kita kelak, juga tak ada yang tahu kapan ajal itu datang.”

Beberapa kalimat yang bergejolak dalam diri dan saya rasa sayang untuk tidak digoreskam dalam tulisan malam ini. berpacu dengan waktu, pekerjaan unu kulakukan malam ini. seperti yang dilakukan oleh kakak senior sekaligus menotrku dalam menulis dalam beberapa bulan belakangan.

Ya, meroda ini ingin kulakukan semaksimal mungkin dan sesering mungkin. Sekuat tenaga kupertahankan hingga tetes darah penghabisan. Saat ini, aku tidak tahu siapa diriku, aku tidak siapa dia, bahkan aku tidak tahu siapa kekasihku sebenarnya, yang kutahu hanyalah menjalani hidup sesuai dengan jadwal yang tersirat dalam pikiranku saja.

Pergi kuliah di hari senin pukul setengah sebelas, kemudian mendatangi lokalisasi komunitas dimana aku seolah-oleh bekerja paruh waktu. Pendiri komunitas itu pernah berkata, “di sini semuanya lebih sulit daripada di media mana pun”. Dan kurasakan lalu kukatakan “ya”. Teman-temanku mencari bahan untuk tulisannya sendiri, padahal yang ia kerjakan bukanlah hal mudah.  Pendiri komunitas ini juga pernah berkata, “biar terbitnya telat, yang penting mekanisme ini berjalan sebagaimana mestinya”, beberapa kalimat yang selalu kuingat dalam memori terdalam dalam ingatanku, dan malam ini aku mengulangi semuanya dan merasakanya kembali, hanya untuk satu hal, agar aku merasa semuanya seolah-olah terjadi lagi, berulang-ulang, berulang-ulang dan berulang-ulang.

setidaknya inilah yang terjadi dalam lima menit di pukul 23 tadi. terima kasih.

Bagikan

Jangan lewatkan

Menulis Lima Menit
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.