“Tak ada yang
pernah tahu akan seperti apa kita di masa yang akan datang. Tak ada yang tahu
akan menikah dengan siapa kita kelak, juga tak ada yang tahu kapan ajal itu
datang.”
Beberapa kalimat
yang bergejolak dalam diri dan saya rasa sayang untuk tidak digoreskam dalam
tulisan malam ini. berpacu dengan waktu, pekerjaan unu kulakukan malam ini.
seperti yang dilakukan oleh kakak senior sekaligus menotrku dalam menulis dalam
beberapa bulan belakangan.
Ya, meroda ini
ingin kulakukan semaksimal mungkin dan sesering mungkin. Sekuat tenaga
kupertahankan hingga tetes darah penghabisan. Saat ini, aku tidak tahu siapa
diriku, aku tidak siapa dia, bahkan aku tidak tahu siapa kekasihku sebenarnya,
yang kutahu hanyalah menjalani hidup sesuai dengan jadwal yang tersirat dalam
pikiranku saja.
Pergi kuliah di
hari senin pukul setengah sebelas, kemudian mendatangi lokalisasi komunitas
dimana aku seolah-oleh bekerja paruh waktu. Pendiri komunitas itu pernah
berkata, “di sini semuanya lebih sulit daripada di media mana pun”. Dan
kurasakan lalu kukatakan “ya”. Teman-temanku mencari bahan untuk tulisannya
sendiri, padahal yang ia kerjakan bukanlah hal mudah. Pendiri komunitas ini juga pernah berkata,
“biar terbitnya telat, yang penting mekanisme ini berjalan sebagaimana mestinya”,
beberapa kalimat yang selalu kuingat dalam memori terdalam dalam ingatanku, dan
malam ini aku mengulangi semuanya dan merasakanya kembali, hanya untuk satu
hal, agar aku merasa semuanya seolah-olah terjadi lagi, berulang-ulang,
berulang-ulang dan berulang-ulang.
setidaknya inilah
yang terjadi dalam lima menit di pukul 23 tadi. terima kasih.
Bagikan
Menulis Lima Menit
4/
5
Oleh
Unknown