Selasa, 18 April 2017

Bau Mulut dan Efektifitas Komunikasi


Nafas, apakah hal kecil ini dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi yang dilakukan? satu pertanyaan besar dari satu hal kecil yang sering kita abaikan saat berkomunikasi.

Nafas, sejatinya adalah anugerah dari yang Maha Kuasa. tanpa nafas seseorang dapat dipastikan kehilangan eksistensinya. Bukan hanya sejenak, tetapi selama-lamanya. Nilai dari kegunaan nafas dalam kehidupan sehari-hari sungguh tak ternilai. Setiap orang memiliki nafas, namun hanya sedikit orang yang mensyukuri nafas yang mereka miliki.

Catatan ini hanya sebagai wacana. Penulis hanya ingin menuangkan ide yang memberontak dalam pikirannya dan berbagi gagasan dengan rekan-rekan pembaca melalui catatan fesbuk.

Nafas/bau mulut memang hal kecil, kegiatan yang sering bahkan sangat sering dilakukan. entah dalam komunikasi antar-personal, intra-personal, kelompok kecil, bahkan komunikasi massa sekalipun (meski dalam parktiknya, komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat tercium bau nafasnya oleh komunikan). Nafas, adalah elemen yang berpengaruh dalam komunikasi.

Efektifitas komunikasi sedikit banyaknya akan dipengaruhi oleh nafas. Harum atau tidaknya nafas akan mempengaruhi  sistim nilai komunikan saat menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator, terkhusus dalam komunikasi antar-pribadi. Mungkin nafas dapat dimasukkan ke dalam noise dalam proses komunikasi antar pribadi. 

tatap muka dalam komunikasi antar pribadi akan mendekatkan hidung komunikan pada komunikator. Biasanya proses ini dilakukan dalam kegiatan konseling, penyuluhan, diskusi, bobogohan, bahkan menagih hutang sekalipun. Semua yang disebutkan baru saja oleh penulis, di dalamnya terdapat tatap muka, entah dekat atau jauh. Proses tatap muka inilah yang akhirnya membuat membuat bau nafas/mulut tercium. Harum menetap, bau bisa pergi.

Pernah melihat iklan mulutmu harimaumu di televisi?, setidaknya iklan itu mengatakan,"pasta gigi yang digunakan akan mempengaruhi bau nafas yang berhembus dari mulut anda, maka gunakanlah pasta gigi kami". Kutipan tersebut memang lebih bernada iklan, tetapi pesan yang disampaikan dalam iklan pasta gigi itu setidaknya terdapat sedikit kebenaran relatif tentang pasta gigi membuat nafas anda bau atau harum. Pasta gigi dan obat kumur apa yang anda gunakan hari ini?

Selain elemen patos, logos dan etos yang dipaparkan oleh Aristoteles beribu-ribu tahun lalu, efektifitas komunikasi dipengaruhi oleh nafas? jawaban sementara dari penulis adalah, ya. Bau nafas yang keluar saat berbicara-apalagi berhadapan-dengan lawan bicara akan membuka atau menutup sistim nilai dari komunikan. Peserta, dapat menolak isi dari pesan yang diberikan oleh komunikator jika ternyata ia mendapati si komunikator itu bermulut/bernafas bau, dan sebaliknya jika nafasnya harum.

Maka, sedikit solusi yang dapat penulis berikan adalah cek terlebih dahulu bau mulut/nafas anda saat hendak berkomunikasi, bahkan dengan kekasih pembaca sekalipun. Mengecek bau mulut anda setidaknya akan menambah sedikit kesempatan efektifitas komunikasi anda. satu lagi, terlalu percaya diri tanpa mengecek apakah mulut anda bau atau tidak, penulis nilai kurang bijak. bagaimana pun, harum mulut anda akan membuat lawan bicara merasa nyaman dan semoga menerima pesan yang anda sampaikan. Mari cek bau mulut anda sebelum berbicara!

Bagikan

Jangan lewatkan

Bau Mulut dan Efektifitas Komunikasi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.